Halaman

Selasa, 03 September 2013

SAKAI MEMPERTAHANKAN JATI DIRINYA



Sakai Tempo Dulu
Dalam kurun waktu 20 tahun telah terjadi perubahan besar-besaran terhadap budaya Sakai, salah satu suku asli di Provinsi Riau. Perubahan tersebut terjadi terhadap budaya berpakaian, bahasa dan hingga kesenian.
Penilaian tersebut disampaikan sendiri oleh salah seorang masyarakat suku Sakai yang tinggal di Negara Jerman Mohamad Agar Kalipke MA,. Dalam 20 tahun Suku Sakai di Riau sudah banyak mengalami perubahan. Tidak hanya pada kehidupan sehari-hari seperti cara berpakaian, bahasa, hingga lagu-lagu, tetapi adat juga banyak bergeser. perubahan yang terjadi ini bukanlah hal yang harus dihindari akan tetapi hendaknya perubahan tersebut tidak meninggalkan adat dan budaya asli Suku Sakai. Saat ini sudah susah membedakan mana masyarakat Sakai dengan masyarakat kota. Masyarakat Sakai sudah berpakaian seperti orang kebanyakan, sedikit-sedikit meninggalkan bahasanya bahkan lebih suka menyanyikan lagu-lagu Pop dan barat, tidak salah melakukan hal itu, tapi janganlah sampai mengabaikan adat sendiri. Pokoknya sudah banyak perubahan yang ekstrim. Suku Sakai adalah komunitas asli yang hidup di daratan Riau. Selama ratusan tahun mereka tinggal di hutan dan daerah pedalaman dan hidup berpindah-pindah. Belakangan, suku Sakai semakin tergusur seiring terus berkembangnya pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar di Riau di kawasan hutan yang sebelumnya merupakan tanah suku Sakai.Hutan-hutan yang dikelola oleh perusahaan itu ternyata dinilai tidak membawa keuntungan bagi masyarakat Sakai sendiri, bahkan suku yang lekat dengan hutan dan rimba ini tidak bisa memasuki wilayah hutan tanaman industri yang dikelola perusahaan. Namun demikian tidak semestinya menyalahkan perusahaan-perusahaan yang telah menggusur masyarakatnya itu karena perusahaan tersebut beroperasi atas izin pemerintah. Justru yang harus disalahkan adalah pemerintah yang tidak mempertimbangkan baik-buruknya izin yang diberikan tersebut terhadap kehidupan masyarakat asli.
            Masyarakat Sakai sebenarnya belum siap dengan kehidupan modern karena Sakai sudah terbiasa dengan kehidupan di hutan. Mereka memiliki adat, wilayah dan ulayat sendiri. Akan tetapi pemerintah tidak memperhatikan dan mempertimbangkan hal seperti itu. Tiba-tiba hutan-hutan milik masyarakat sudah punah, berharap pemerintah Indonesia dan Pemerintah Provinsi Riau untuk memperhatikan persoalan yang dihadapi masyarakat Suku Sakai ini. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Sakai tidak bisa dipaksakan hidup modern seperti kebanyakan masyarakat lainnya.
Lalu apa yang menjadikan suku Sakai semakin tergusur dan tertinggal?
Ada beberapa hal yang menjadikan Suku Sakai seperti saat ini. Diantaranya pendidikan yang sangat terbatas sehingga banyak masyarakat luar yang datang hanya untuk menjual lahan-lahan milik mereka.
Ketika tidak memiliki lahan lagi mereka terpaksa menjadi buruh kasar, ingin jadi PNS itu hanya bagi orang-orang tertentu saja, dan ketika mau menanam ubi mereka tidak lagi memiliki lahan.
Oleh sebab itu ia berharap pemerintah untuk mempertimbangkan segala kebijakan yang dikeluarkan, terutama yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat Sakai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar